Selasa, 16 Februari 2010

RENUNGAN JUMAT (FEBRUARI)

AHMADIN,SE,MM (MSI) anggota Persatuan Muballiq Batam-Kota

Dasar khutbah :

Quran Surat Hud ayat 116-117
HR Iman Ahmad dari Ibnu Mas’ud
HR Iman Abu Dawud dan Tirmidzi
Ibnu Qayyim al jawhiyyah (almadarij al salikin juz ke 3)
Haditsah Al Rasyad (halaman 194-198)
Khutbah-Khutbah DR Jalaludin Rahmat


Pada jumat yang mulia ini alfakir mengajak para hadirin untuk merenungkan orang-orang yang disebut nabi dengan ghuraba (yaitu orang-orang aneh).
Tentang mereka Rasulullah pernah bersabda, “Berbahagialah al-ghuraba, orang-orang yang aneh ini. Tanda-tanda mereka, seperti disebut rasulullah saw, adalah

“Mereka mencoba menimbulkan perbaikan ketika manusia sudah rusak”

Dalam hadits lain disebutkan

“Mereka itu manusia-manusia yang shaleh yang jumlahnya sedikit, ditengah-tengah manusia yang durhaka”

Pada hari ini kita memerlukan “ghuraba”, orang-orang aneh yang ingin memperbaiki masyarakat disektarnya. Ketika orang lain datang dan mengatakan bahwa korupsi sekarang merupakan kebudayaan masyarakat. Maka kita memerlukan orang-orang yang tabah untuk hidup tanpa melakukan korupsi sama sekali. Para ahli fikih menyebut dengan satu istilah yang bagus sekali yaitu :

“dia suci dalam dirinya dan dia juga berusaha menyucikan orang lain”

Pribadinya bersih dan dia berusaha membersihkan orang lain. Tingkah lakunya indah dan dia berusaha mengindahkan tingkah laku orang lain.

Ditengah tengah orang yang sudah menganggap moralitas yang rusak sebagai ciri modern, orang yang mempertahankan moralitasnya merupakan orang yang dianggap aneh.
Ditengah tengah kebiasaan melanggar norma-norma yang berlaku, orang yang kelihatan bertahan kepada norma dengan seluruh keyakinannya justru dianggap aneh.
Orang berusaha berlomba-lomba menumpuk kekayaan sementara ia mempertahankan kesederhanaannya karena ingin memelihara dirinya, maka sering ia dianggap aneh oleh orang sekitarnya.

Begitupula dengan islam. Islam itu mula mula datang dianggap aneh suatu saat nanti akan dianggap aneh. Suatu saat nanti dia akan kembali dianggap asing.
Dalam hadits Rasulullah bersabda :

“Islam mulai dengan aneh, dan akan kembali lagi dalam keadaan aneh lagi” (HR Ahmad dari Abdullah bin Mas’ud)


beruntung orang-orang yang dianggap aneh itu,, siapa mereka “’


yaitu orang-orang berpegang teguh kepada sunnahku yang kala itu sudah dirusak oleh sebagian orang.



Didalam masyarakat kita sering mencari orang yang kuat keyakinannya. Kadang-kadang kita meraba-raba, siapa orang yang patut kita jadikan contoh dalam kehidupan kita. Orang Ghuraba biasanya tampil sebagai manusia model, manusia yang bisa dicontoh karena kebersihan dan kesucian pribadinya, ditengah tengah berkecamuknya kemunafikan. Ditengah tengah usaha menjilat ke atas dan memeras ke bawah. Kalau kita melihat ada orang yang berjalan di atas rel yang benar, dan tetap menyampaikan bahwa yang benar itu benar dan yang salah itu salah, tanpa memperdulikan risiko yang dihadapinya, rasanya kalau kita ketemu orang seperti ini ada semacam kekuatan ditengah tengah kehausan akan bimbingan dalam diri kita. Bahwa kita akan berkata masih ada bintang ditengah tengah gelapnya malam.

Orang itu biasanya akan mengisi apa yang hilang di tengah-tengah masyarakat, ketika orang kehilangan identitas, mereka menunjukkan beginilah identitas islam. Ketika orang kebingungan tidak mempunyai pedoman, pribadi mereka jelas menunjukkan tuntutan yang jelas.

Rasulullah bersabda bahwa al-ghuraba itu

“Mereka yang menambah sesuatu yng tidak dimiliki kebanyakan manusia yang lain”

“Mereka menghidupkan kembali sunnahku setelah sunah itu dimatikan oleh manusia”

Ketika bid’ah menyebar ketengah-tengah masyarakat, mereka mengajak umat kembali kepada Alquran dan sunnah. Ketika beberapa ajaran rasulullah sudah ditinggalkan, mereka tampilkan kembali ajaran rasulullah tersebut.


Dalam sebuah hadits riwayat iman abu dawud dan tirmizi :



Aku bertanya kepada Rasulullah saw, tetang ayat ini, “wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu, tidak akan memadharatkan kamu orang yang sesat apabila kamu berada dalam petunjuk.

Sahabat ini bertanya karena sebagian orang menganggap bahwa tidak usah memperhatikan orang lain, perhatikan sajalah diri sendiri. Asal kita berada dalam petunjuk tidak ada yang akan menyengsarakan kita.


Maka berkatalah rasulullah, Suruhlah orang berbuat yang makruf, cegahlah orang untuk berbuat yang mungkar sampai aku nanti mengalami suatu zaman ketika kebakhilan diperturutkan, ketika hawa nafsu diikuti orang, dan ketika dunia dilebihkan atas akhirat, setiap orang kagum dengan pendapatnya sendiri. Maka peliharalah keistimewaan dirimu, jauhilah apa yang terbiasa dilakukan orang-orang awam, sebab dibelakang kamu akan ada zaman yang memerlukan kesabaran bagimu. Orang yang berpegang teguh agamanya di zaman itu seperti orang yang memegang bara. Maka orang yang beramal pada zaman itu akan diberi ganjaran lima puluh orang yang beramal seperti dia.
Qultu ya rasulallah, sahabat bertanya ya rasul apakah mereka mempunyai ganjaran lima puluh kali ganjaran orang dizaman mereka” tidak kata rasul, mereka memperoleh ganjaran lima puluh kali ganjaran kamu yang ada sekarang ini.

Disini kata rasulullah akan datang suatu zaman ketika orang yang memegang agama dianggap aneh, sehingga lantaran keanehannya itu dia seperti memegang bara di tangannya. Bila dilepaskan bara itu padam, bila dipegang bara itu menyengat dirinya..

Orang yang mempertahankan keyakinannya, orang yang memelihara kebersihannya dan orang yang memelihara sunnah rasulullah yang sudah mati, dia hidup seperti memegang bara, selalu dalam keadaan panas. Karena itu pantaslah kata rasulullah amal orang-orang seperti itu dilipatgandakan ganjarannya seperti lima puluh kali ganjaran amal sahabat2 rasul

Islam memanggil umatnya sekarang ini untuk tampil sebagai ghuraba, untuk menjadi orang yang memperbaiki masyarakat ketika masyarakat sudah rusak, orang yang memelihara agamanya walaupun ia harus merasa seperti memegang bara ditangannya. Sebab walaupun kelompok ghuraba ini kecil dia akan berpengaruh besar terhadap masyarakat sekitarnya. Kalau kelompok ghuraba ini sudah hilang hilanglah sudah bagi masyarakat untuk memperbaharui dirinya.


Allah tidak akan menghancurkan suatu negeri apabila di negeri itu masih tampil kelompok ghuraba, kelompok orang-aneh, kelompok orang yang berbeda dengan sukunya, kelompok orang yang membawa keyakinannya dengan bersedia memikul risiko apapun yang dihadapinya.

Berbahagialah orang-orang aneh yang semacam itu.

Akhirnya kalau kita tidak sanggup menjadi ghuraba, maka berilah kesempatan kepada orang lain untuk menjadi ghuraba.
Kalau kita tidak sanggup menjadi orang yang mempertahankan keyakinan, belajarlah memberi toleransi kepada mereka yang mau menyatakan keyakinannya.
Kalau kita tidak sanggup mengemukakan pendapat yang berbeda dengan kebanyakan orang, berilah kesempatan kepada orang lain untuk menyatakan pendapatnya yang berbeda.
Kalau kita tidak sanggup memberikan manfaat kepada orang lain, maka paling tidak, kita tidak menjadi orang yang menimbulkan mudharat bagi orang lain.


Wassalamu’alaikum wr wb